KONSEP DASAR DAN SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

 

Pengertian Ilmu kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah, pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi (Notoatmodjo, 2007:14

 

Beberapa definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat antara lain:

 

Menurut Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat mendefinisikan kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, mengendalikan infeksi menular, pendidikan secara individual dalam hal hygiene perorangan, mengorganisasikan pelayanan medis dan perawatan untuk tercapainya diagnosis dini dan terapi pencegahan terhadap penyakit.Pengembangan sosial kearah adanya jaminan hidup yang layak dalam bidang kesehatan.

Menurut Winslow bahwa kesehatan masyarakat mempunyai dua aspek teoritis yaitu sesehatan masyarakat sebagai suati ilmu atau akademik dan kesehatan masyarakat sebagai pendekatan praktis atau aplikatif. Kedua aspek ini masing-masing mempunyai peran dalam kesehatan masyarakat. Dari aspek teoritis kesehatan masyarakat perlu didasari dan didukung dengan hasil-hasil penelitian. Artinya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dalam bentuk aplikatif harus didasarkan pada temuan-temuan (evident based) hasil kajian ilmiah (penelitian). Sebaliknya kesehatan masyarakat juga harus terapan (applied) artinya hasil-hasil studi kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi pengembangan program di masyarakat.


Peranan  Ilmu kesehatan Masyarakat

Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya. kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat (Notoatmodjo, 2007:14).

Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad kc-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, sebagai berikut: kesehatan masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui "Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk (Notoatmodjo, 2007:14):

1)        Perbaikan sanitasi lingkungan.

2)        Pemberantasan penyakit-penyakit menular.

3)        Pendidikan untuk kebersihan perorangan.

4)        Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untukdiagnosis dini dan pengobatan.

5)        Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhikebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Dari batasan tersebut tersirat bahwa Kesehatan Masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui "Upaya-upaya pengorganisasian masyarakat” (Notoatmodjo, 2007:15).

Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan Kesehatan Masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya: preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2007:15).

Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya, Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama, yang diajukan oleh Winslow dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan.

Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan Masyarakat itu mencakup: a), sanitasi lingkungan, b), pemberantasan penyakit, c), pendidikan kesehatan (hygiene), d), manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan e), pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kegiatan Kesehatan Masyarakat tersebut, 2 kegiatan di antaranya yakni kegiatan pendidikan hygiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekadar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja, tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini, maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal (Notoatmodjo, 2007:15).

Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948), Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007:16) 

Ruang Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat

Seperti disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin pokok keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social Sciences). Tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin iii^ yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiolog antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah merupakan ilmu yang multidisipliner.


Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007:16):

Epidemiologi.Biostatistik/Statistik Kesehatan.

3)        Kesehatan Lingkungan.

4)        Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

5)        Administrasi Kebijakan Kesehatan

6)        Gizi Masyarakat.

7)        Kesehatan Keselamatan Kerja.


Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.


Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut:

1)         Pemberantasan penyakit, baik menular,  tidak menular.

2)         Perbaikan sanitasi lingkungan.           

3)         Perbaikan lingkungan pemukiman.    

4)         Pemberantasan vektor.           

5)         Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.

6)         Pelayanan kesehatan ibu dan anak.    

7)         Pembinaan gizi masyarakat.   

8)         Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.

9)         Pengawasan obat dan minuman.        

10)     Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

 

Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan masyarakat itu mencakup:

1)         Sanitasi lingkunggn.

2)         Pemberantasanpenyakit.

3)          Pendidikan kesehatan (hyqiene).

4)         Manajemen (pengorganisasian).

5)        Pengembangan rekayasa sosial dalam rangk   pemeliharaan kesehatan masyarakat.

 

Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan  diantaranya yakni kegiatan hygiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang  sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan, dan pengobatan saja, tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya ini maka sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil secara optimal.


Batasan lain disampaikan oleh lkatan Dokter Amerika (1948) kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari mulai urusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.


Dalam pohon ilmu body knowledge, llmu Kesehatan Masyarakat (IKM) dilahirkan dari rahim Ilmu Kesehatan. Ilmu Kedokteran juga dilahirkan dari rahim yang sama, karena dalam sejarah IImu Kesehatan Masyarakat itu diselenggarakan untuk menopang penyelenggaraan Pendidikan Calon Dokter, sehingga Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat itu ibarat mata uang logam yang memperlihatkan bahwa sisi yang satu tidak dapat dipisahkan dari sisi mata uang lainnya.


Dilihat dari 5 tahap pencegahan, maka seharusnya yang dimaksudkan itu seorang dokter mampu melakukan 5 tahap itu seluruhnya, yaitu sejak dari tahap promotif, preventif, protektif, kuratif dan rehabilitatif, jadi kiranya pada titik inilah sebenamya Ilmu Kesehatan Masyarakat diselenggarakan agar calon ahli kesehatan mampu memahami Ilmu Kesehatan Masyarakat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian cukup jelas bahwa Ilmu Kesehatan Masyarakat itu berada dalam pohon keilmuan.


Neayayina (2001) secara tegas menyebutkan bahwa IImu Kesehatan Masyarakat Baru atau The New Public Health itu lebih mengarah kepada penanganan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan, kebijakan, ekonomi dan pemasaran pelayanan kesehatan, yang hal itu ditekankan kepada kemandirian dibidang penyelenggaraannya yaitu self funding, self management dan tidak harus pemerintah yang menyelenggarakannya asalkan tujuannya adalah untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.


Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka terlihat adanya perbedaan antara Ilmu Kesehatan Masyarakat Klasik dibanding Ilmu Kesehatan Masyarakat Baru, yang berarti secara pasti IKM baik klasik atau baru harus tetap diselenggarakan dan dikembangkan sebab tujuan akhirnya tetap sama, yaitu derajat kesehatan masyarakat.


Menurut American Medical Assosiation (Ikatan Dokter Amerika 1948) : Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.

 

Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Cerita tentang Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik surgical procedure).


Hegeia, adalah seorang asisten Asclepius yang pada akhirnya menjadi istrinya. Higiea aktif dalam kegiatan upaya-upaya untuk pencegahan penyakit atau preventif dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan bersih seperti mengajarkan sanitasi makanan, higiene personal, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, dan cukup istirahat. Apabila ada orang yang jatuh sakit, Higiea melakukan upaya-upaya secara alamiah seperti memperkuat imunitas tubuh dengan makanan daripada melakukan kuratif atau pengobatan.


Cerita mitos Yunani Asclepius dan Higiea tersebut melahirkan dua aliran ilmu kesehatan yang berbeda yaitu ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat dua aliran atau pendekatan tersebut memiliki perbedaan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Pertama aliran kuratif dari  kelompok Aclepius dan aliran preventiv dari golongan Higela, dua lairan tersebut saling berbeda dalam  pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat.


Aliran kuratif bersifat rektif yang sasarannya per-individu, pelaksanaanya jarak jauh dan kontak langsung dengan sasaran cukup sekali,kelompok ini pada umumnya terdiri dari  dokter, dokter gig, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik, psikis, mental maupun  sosial.


Sedangkan aliran preventif lebih bersifat proaktif atau kemitraan yang sasarannya masyarakat luas, Para petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi masyarakat bebagai jenjang masuk dalam kelompok ini.seorang asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan.


Dari kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan yang berbeda, meskipun saling melengkapi . Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu kedokteran (pengobatan dan pemulihan atau  kuratif dan rehabilitatif) . Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat (pencegahan dan peningkatan atau preventif dan promotif ).

 

Uraian

Kedokteran

Kesehatan masyarakat

Klien

Pasien (orang sakit)

Masyarakat (orang sehat)

Pendekatan

individu

Masyarakat (orang sehat) multi disiplin ilmu

Tujuan

Penyembuhan/pemulihan

Masyarakat terhindar dari penyakit, dan meningkat kesehatannya

Tenaga

Dokter dan perawat (Medis dan Paramedis)

Ahli Kesehatan masyarakat terdiri atas ; sanitarian, Epidemiolog, promkes,  K3,  Gizi, AKK

Masalah

Penyakit

Faktor resiko penyakit

Strategi

Kuratif dan rehabilitatif

Preventif dan Promotif

 

Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Periode  sebelum  ilmu pengetahuan  {Pre Scientific Period).

Periode ini juga dikenalk dengan periode Zaman Romawi dan Yunani serta Zaman pertengahan, Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalam kehidupannya sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.


Periode kesehatan masyarakat sebelum ilmu pegetahuan dimulai dari sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukan dokumen-dokumen tentang peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine) dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan ’estetika’, bukan untuk alasan kesehatan. Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo, 2005).


Beberpa catatan sejarah yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat pada periode ini adalah ;

Zaman Romawi dan Yunani kuno (BC)   ; diketemukan dokomen tertulis yang mengindikasikan:

1)   Adanya upaya penanggulangan penyakit

2)   Adanya peraturan tertulis tentang pemukiman, pembuangan air limbah dan sistem drainase, air minum, pembuangan tinja, dsb, walaupun bukan kerena alasan kesehatan, melainkan untuk estetika.

3)   Adanya keharusan dari pemerintah kerajaan untuk peninjauanan warung-warung minuman (public bar), rumah makan, dsb.

 

Tahun 1340 terjadi wabah pes paling dahyat di Cina, India dan Mesir. Tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan 60.000.000 orang meninggal untuk seluruh dunia. Sehingga masa itu disebut “the black death”. Sementara itu wabah kolera, typhus dan disentri masih berlangsung sampai abad ke 18.  Upaya upaya penaggulangan penyakit menular secara menyeluruh dan sistematis hampir dikatakan belum ada.


Periode ilmu pengetahuan (Abad 18-19 dan Abad ke 20)

Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.


Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.


Abad bangkitnya ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19, termasuk ilmu kesehatan (kedokteran dan kesehatan masyarakat). Apabila sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagi fenomena biologis, kemudian bergeser kefenomena sosial yang kompleks. Apabila sebelumnya pendekatan terhadap masalah kesehatan hanya dari satu segi (sektor) saja, kemudian bergeser kependekatan yang multisektoral.


Ditemukannya vaksin pencegah cacar oleh Louis Pasteur,  asam karbol (asam karbol ) untuk sterilisasi ruang operasi oleh Joseph Lister, dan eter sebagai anestesi oleh Wiliam Marton. Tahun 1832 terjadi epidemi kolera di Inggris, terutama didaerah perkotaan. Kemudian Edwin Chardwich seorang ilmuwan sosial melakukan penyelidikan. Hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa penyebab  wabah kolera ini adalah karena sanitasi lingungan penduduk kota yang sangat buruk, pekerja perkotaan yang upahnya sangat rendah, gizi masyarakat rendah.


Hasil penyelidikan Chardwich ini dianalisis dan disajikan dengan baik dan sahih. Berdasarkan laporan Charwich ini akhirnya Parlemen Inggris mengeluarkan UU yang mengatur tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja (pabrik), sanitasi tempat umum, dsb.


Tahun 1848, Jons Simon diangkat sebagai menteri untuk menangani kesehatan penduduk (masyrakat). Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya,dan Amerika mulai dibuka pendidikan bagi tenaga-tenaga kesehatan untuk kesehatan masyarakat (publik).


Pada tahun 1894 John Hopkins seorang pedagang wiski mempelopori mendirikan Universitas, yang didalamnya terdapat program studi kedokteran dan  “public health”. Pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Kementerian Kesehatan yang pertama kali, yang didalamnya terdapat bagian yang menangani kesehatan masyarakat (publik). Tahun 1872 dibentuk asosiasi dari para akademisi dan praktisi Kesehatan Masyarakat, yang disebut “American Public Health Association”.


Periode  abad Kedua Puluh

Saat dimulainya abad ke-20, angka harapan hidup masih kurang dari 50 tahun. Penyebab utama kematian adalah penyakit menular-influenza, pneumonia, tuberculosis, dan infeksi saluran  pencernaan. Penyakit menular yang lain, misalnya, demam tifoid, malaria, dan difteri  juga banyak menelan korban.  Masalah kesehatan yang juga terjadi. Jutaan anak mengalami kondisi yang ditandai dengan  diare takmenular atau kelainan bentuk tulang. Walau gejala pellagra dan rakitis sudah dikenal  dan dijelaskan, penyebab penyakit itu masih menjadi misteri yang belum dipecahkan sampai pergantian abad. Penemuan bahwa kondisi itu disebabkan oleh defesiensi vitamin berjalan  lambat karena sebagian ilmuwan mencari penyebab bakterialnya.  Defisiensi vitamin dan salah satu kondisi pemicunya, kesehatan gigi yang buruk, merupakan hal yang sangat umum dijumpa di daerah kumuh kota-kota Amerika dan Eropa. Tidak  tersedianya layanan prenatal dan pascanatal yang memadai menyebabkan tingginya angka  kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran.

Deklarasi Alma Ata atau dikenal dengan periode kesehatan masyarakat  Abad 20di mulai pada tanggal 6-12 September 1978 di Alma Ata (dulu USSR) diadakan konferensi “joint” konferensi antara WHO dan UNICEF yang dihadiri oleh 140 negara. Konferensi itu mengahasilkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam deklarasi Alma Ata tentang “Primary Health Care” dalam pencapaian “Health for all by the year 2000.” Semua negara, termasuk Indonesia menyepakati dalam rangka mencapai kesehatan untuk semua (kesuma tahun 2000) harus melaksanakan pelayanan kesehatan pimer (primary helth care). Primary Health Care (Tonggak Sejarah Kesmas Abad 20), elemen: Pemeliharaan kesehatan,  Pencegahan penyakit, Diagnosis dan pengobatan,  Rehabilitasi (pemulihan), Pelayanan tindak lanjut, Pemberian sertifikasi.

 

Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia sangat terkait dengan masalah kesehatan yang dialami oleh negara-negara lainnya di dunia pada saat itu, berdasarkan catatans ejarah yang dikutif dari berbagai sumber , maka perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada jaman pemerintahan Hindia Belanda hingga dekade tahun 90-an, dijelaskan sebgai berikut :

Abad Ke-16 : Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.


Tahun 1807       : Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.


Tahun 1888     : Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.


Tahun 1925       ; Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.


Tahun 1927 : STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.


Tahun 1930     : Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.


Tahun 1935     : Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.


Tahun 1951     : Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan       sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.


Tahun 1952         : Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan

Tahun 1956     : Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.


Tahun 1967 : Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.


Tahun 1968     :Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.


Tahun 1969     : Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.


Tahun 1979     : Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.


Tahun 1984     : Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi).

Awal tahun 1990-an   Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.