KONSEP DASAR DAN SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Pengertian Ilmu kesehatan
Masyarakat
Kesehatan
masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang
mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan
sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah
merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi,
kegiatan kesehatan masyarakat adalah, pencegahan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit
melalui imunisasi (Notoatmodjo, 2007:14
Beberapa
definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat antara lain:
Menurut
Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat mendefinisikan kesehatan masyarakat
(public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, mengendalikan
infeksi menular, pendidikan secara individual dalam hal
hygiene perorangan, mengorganisasikan pelayanan medis dan
perawatan untuk tercapainya diagnosis dini dan terapi pencegahan terhadap
penyakit.Pengembangan sosial kearah adanya jaminan hidup yang layak dalam
bidang kesehatan.
Menurut
Winslow bahwa kesehatan masyarakat mempunyai dua aspek teoritis yaitu sesehatan masyarakat sebagai suati ilmu atau
akademik dan kesehatan masyarakat sebagai pendekatan praktis
atau aplikatif. Kedua aspek ini masing-masing
mempunyai peran dalam kesehatan masyarakat. Dari aspek teoritis kesehatan
masyarakat perlu didasari dan didukung dengan hasil-hasil penelitian. Artinya
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dalam bentuk aplikatif
harus didasarkan pada temuan-temuan (evident based) hasil kajian ilmiah
(penelitian). Sebaliknya kesehatan masyarakat juga harus terapan (applied)
artinya hasil-hasil studi kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi
pengembangan program di masyarakat.
Peranan Ilmu kesehatan Masyarakat
Pada
awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara
ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya. kesehatan
masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan
pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan
sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks.
Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara
ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi
di masyarakat (Notoatmodjo, 2007:14).
Dari
pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai
pada awal abad kc-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan
masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, sebagai berikut: kesehatan
masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui "Usaha-usaha
Pengorganisasian Masyarakat” untuk (Notoatmodjo, 2007:14):
1)
Perbaikan
sanitasi lingkungan.
2)
Pemberantasan
penyakit-penyakit menular.
3)
Pendidikan
untuk kebersihan perorangan.
4)
Pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untukdiagnosis dini dan pengobatan.
5)
Pengembangan
rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhikebutuhan hidup yang layak
dalam memelihara kesehatannya.
Dari
batasan tersebut tersirat bahwa Kesehatan Masyarakat adalah kombinasi antara
teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga
tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian
yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan
cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui
"Upaya-upaya pengorganisasian masyarakat” (Notoatmodjo, 2007:15).
Pengorganisasian
masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan Kesehatan Masyarakat, pada
hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat
itu sendiri untuk upaya-upaya: preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif
kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan
dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini
pada hakikatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi
masyarakat di bidang pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2007:15).
Menumbuhkan
partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan
penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri,
serta upaya-upaya pemecahannya, Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan
masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi
pendekatan utama, yang diajukan oleh Winslow dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau
pendekatan Pendidikan Kesehatan.
Selanjutnya,
Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan Masyarakat itu
mencakup: a), sanitasi lingkungan, b), pemberantasan penyakit, c), pendidikan
kesehatan (hygiene), d), manajemen
(pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan e), pengembangan rekayasa sosial
dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kegiatan
Kesehatan Masyarakat tersebut, 2 kegiatan di antaranya yakni kegiatan
pendidikan hygiene dan rekayasa sosial
adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang
sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak
sekadar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja,
tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang
manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka
pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak
disertai dengan upaya-upaya ini, maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan
tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal (Notoatmodjo, 2007:15).
Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948), Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007:16)
Ruang Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat
Seperti
disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab
itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai
ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin pokok
keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical
biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social
Sciences). Tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat
ini disiplin iii^ yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,
mencakup: biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan,
sosiolog antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah merupakan ilmu yang multidisipliner.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007:16):
Epidemiologi.Biostatistik/Statistik Kesehatan.
3)
Kesehatan
Lingkungan.
4)
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
5)
Administrasi
Kebijakan Kesehatan
6)
Gizi
Masyarakat.
7)
Kesehatan
Keselamatan Kerja.
Masalah
kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus secara
multidisiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau
prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung
maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif,
maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya
kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih,
pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat,
kecoa, dan sebagainya.
Secara
garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan
ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut:
1)
Pemberantasan
penyakit, baik menular, tidak menular.
2)
Perbaikan
sanitasi lingkungan.
3)
Perbaikan
lingkungan pemukiman.
4)
Pemberantasan
vektor.
5)
Pendidikan
(penyuluhan) kesehatan masyarakat.
6)
Pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
7)
Pembinaan
gizi masyarakat.
8)
Pengawasan
sanitasi tempat-tempat umum.
9)
Pengawasan
obat dan minuman.
10)
Pembinaan
peran serta masyarakat, dan sebagainya.
Selanjutnya
Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan
masyarakat itu mencakup:
1)
Sanitasi
lingkunggn.
2)
Pemberantasanpenyakit.
3)
Pendidikan kesehatan (hyqiene).
4)
Manajemen
(pengorganisasian).
5)
Pengembangan
rekayasa sosial dalam rangk pemeliharaan
kesehatan masyarakat.
Dari
5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan diantaranya
yakni kegiatan hygiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut
kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi
pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik,
fasilitas kesehatan, dan pengobatan
saja, tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta
pentingnya upaya atau fasilitas fisik
tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai
dengan upaya ini maka sarana atau
fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil secara optimal.
Batasan
lain disampaikan oleh lkatan Dokter Amerika (1948) kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha pengorganisasian masyarakat.
Batasan ini mencakup pula usaha masyarakat dalam pengadaan
pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas
dari mulai urusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan
ilmu sosial dan itulah cakupan
ilmu kesehatan masyarakat.
Dalam
pohon ilmu body
knowledge,
llmu Kesehatan Masyarakat (IKM) dilahirkan dari rahim Ilmu Kesehatan. Ilmu
Kedokteran juga dilahirkan dari rahim yang sama, karena dalam sejarah IImu
Kesehatan Masyarakat itu diselenggarakan untuk menopang penyelenggaraan
Pendidikan Calon Dokter, sehingga Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat
itu ibarat mata uang logam yang memperlihatkan bahwa sisi yang satu tidak dapat
dipisahkan dari sisi mata uang lainnya.
Dilihat
dari 5 tahap pencegahan, maka seharusnya yang dimaksudkan itu seorang dokter
mampu melakukan 5 tahap itu seluruhnya, yaitu sejak dari tahap promotif,
preventif, protektif, kuratif dan rehabilitatif, jadi kiranya pada titik inilah
sebenamya Ilmu Kesehatan Masyarakat diselenggarakan agar calon ahli kesehatan
mampu memahami Ilmu Kesehatan Masyarakat dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian cukup jelas bahwa Ilmu Kesehatan Masyarakat itu
berada dalam pohon keilmuan.
Neayayina (2001) secara tegas menyebutkan bahwa IImu Kesehatan Masyarakat Baru atau The New Public Health itu lebih mengarah kepada penanganan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan, kebijakan, ekonomi dan pemasaran pelayanan kesehatan, yang hal itu ditekankan kepada kemandirian dibidang penyelenggaraannya yaitu self funding, self management dan tidak harus pemerintah yang menyelenggarakannya asalkan tujuannya adalah untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka terlihat adanya perbedaan antara Ilmu Kesehatan Masyarakat Klasik dibanding Ilmu Kesehatan Masyarakat Baru, yang berarti secara pasti IKM baik klasik atau baru harus tetap diselenggarakan dan dikembangkan sebab tujuan akhirnya tetap sama, yaitu derajat kesehatan masyarakat.
Menurut
American Medical Assosiation (Ikatan Dokter Amerika 1948) : Ilmu
kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan
kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Cerita tentang Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi
Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik
surgical procedure).
Hegeia, adalah
seorang asisten Asclepius yang pada akhirnya menjadi istrinya. Higiea aktif
dalam kegiatan upaya-upaya untuk pencegahan penyakit atau preventif dengan
memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan
bersih seperti mengajarkan sanitasi makanan, higiene personal, mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang, dan cukup istirahat. Apabila ada orang yang jatuh
sakit, Higiea melakukan upaya-upaya secara alamiah seperti memperkuat imunitas
tubuh dengan makanan daripada melakukan kuratif atau pengobatan.
Cerita
mitos Yunani Asclepius dan Higiea tersebut melahirkan dua aliran ilmu kesehatan
yang berbeda yaitu ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat dua aliran atau pendekatan tersebut memiliki perbedaan dalam menangani
masalah-masalah kesehatan. Pertama aliran kuratif dari kelompok Aclepius dan aliran preventiv dari
golongan Higela, dua lairan tersebut saling berbeda dalam pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat.
Aliran kuratif bersifat rektif yang sasarannya per-individu, pelaksanaanya
jarak jauh dan kontak langsung dengan sasaran cukup sekali,kelompok ini pada
umumnya terdiri dari dokter, dokter gig,
psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik,
psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan aliran preventif lebih bersifat proaktif atau kemitraan yang
sasarannya masyarakat luas, Para petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah
atau institusi masyarakat bebagai jenjang masuk dalam kelompok ini.seorang
asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan.
Dari kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan
yang berbeda, meskipun saling melengkapi . Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu
kedokteran (pengobatan dan pemulihan atau
kuratif dan rehabilitatif) . Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan
masyarakat (pencegahan dan peningkatan atau preventif dan promotif ).
Uraian |
Kedokteran |
Kesehatan masyarakat |
Klien |
Pasien (orang sakit) |
Masyarakat (orang sehat) |
Pendekatan |
individu |
Masyarakat (orang sehat) multi disiplin ilmu |
Tujuan |
Penyembuhan/pemulihan |
Masyarakat terhindar dari penyakit, dan meningkat
kesehatannya |
Tenaga |
Dokter dan perawat (Medis dan Paramedis) |
Ahli Kesehatan masyarakat terdiri atas ; sanitarian,
Epidemiolog, promkes, K3, Gizi, AKK |
Masalah |
Penyakit |
Faktor resiko penyakit |
Strategi |
Kuratif dan rehabilitatif |
Preventif dan Promotif |
Perkembangan Kesehatan
Masyarakat
Periode sebelum
ilmu pengetahuan {Pre Scientific
Period).
Periode ini juga dikenalk dengan periode Zaman Romawi dan Yunani serta
Zaman pertengahan, Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti
pentingnya kesehatan dalam kehidupannya sehari-hari, ini ditandai dengan adanya
peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya
tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan bau tidak sedap. Namun
lama-lama mereka makin menyadari pentingnya kesehatan masyarakat setelah
timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan
menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya
pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
Periode kesehatan masyarakat sebelum ilmu pegetahuan dimulai dari sejarah
kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani
dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah
melakukan upaya-upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukan dokumen-dokumen
tentang peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air
limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb. (Hanlon,
1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum
(Public Latrine) dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan ’estetika’,
bukan untuk alasan kesehatan. Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan
yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai
kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke tempat-tempat air
minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo,
2005).
Beberpa catatan sejarah yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat
pada periode ini adalah ;
Zaman Romawi dan Yunani kuno (BC) ; diketemukan dokomen tertulis yang
mengindikasikan:
1)
Adanya
upaya penanggulangan penyakit
2)
Adanya
peraturan tertulis tentang pemukiman, pembuangan air limbah dan sistem
drainase, air minum, pembuangan tinja, dsb, walaupun bukan kerena alasan
kesehatan, melainkan untuk estetika.
3)
Adanya
keharusan dari pemerintah kerajaan untuk peninjauanan warung-warung minuman
(public bar), rumah makan, dsb.
Tahun 1340 terjadi wabah pes paling dahyat di Cina, India dan Mesir.
Tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan 60.000.000 orang
meninggal untuk seluruh dunia. Sehingga masa itu disebut “the black death”.
Sementara itu wabah kolera, typhus dan disentri masih berlangsung sampai abad
ke 18. Upaya upaya penaggulangan
penyakit menular secara menyeluruh dan sistematis hampir dikatakan belum ada.
Periode ilmu pengetahuan (Abad
18-19 dan Abad ke 20)
Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Abad bangkitnya ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal
abad ke 19, termasuk ilmu kesehatan (kedokteran dan kesehatan masyarakat).
Apabila sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagi
fenomena biologis, kemudian bergeser kefenomena sosial yang kompleks. Apabila
sebelumnya pendekatan terhadap masalah kesehatan hanya dari satu segi (sektor)
saja, kemudian bergeser kependekatan yang multisektoral.
Ditemukannya vaksin pencegah cacar oleh Louis Pasteur, asam karbol (asam karbol ) untuk sterilisasi
ruang operasi oleh Joseph Lister, dan eter sebagai anestesi oleh Wiliam Marton.
Tahun 1832 terjadi epidemi kolera di Inggris, terutama didaerah perkotaan.
Kemudian Edwin Chardwich seorang ilmuwan sosial melakukan penyelidikan. Hasil
penyelidikannya menyimpulkan bahwa penyebab
wabah kolera ini adalah karena sanitasi lingungan penduduk kota yang
sangat buruk, pekerja perkotaan yang upahnya sangat rendah, gizi masyarakat
rendah.
Hasil penyelidikan Chardwich ini dianalisis dan disajikan dengan baik dan
sahih. Berdasarkan laporan Charwich ini akhirnya Parlemen Inggris mengeluarkan
UU yang mengatur tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja (pabrik),
sanitasi tempat umum, dsb.
Tahun 1848, Jons Simon diangkat sebagai menteri untuk menangani kesehatan
penduduk (masyrakat). Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, di Inggris dan
negara-negara Eropa lainnya,dan Amerika mulai dibuka pendidikan bagi
tenaga-tenaga kesehatan untuk kesehatan masyarakat (publik).
Pada tahun 1894 John Hopkins seorang pedagang wiski mempelopori mendirikan
Universitas, yang didalamnya terdapat program studi kedokteran dan “public health”. Pada tahun 1855 pemerintah
Amerika membentuk Kementerian Kesehatan yang pertama kali, yang didalamnya
terdapat bagian yang menangani kesehatan masyarakat (publik). Tahun 1872
dibentuk asosiasi dari para akademisi dan praktisi Kesehatan Masyarakat, yang
disebut “American Public Health Association”.
Periode abad Kedua Puluh
Saat dimulainya abad ke-20, angka harapan hidup masih kurang dari 50 tahun.
Penyebab utama kematian adalah penyakit menular-influenza, pneumonia,
tuberculosis, dan infeksi saluran
pencernaan. Penyakit menular yang lain, misalnya, demam tifoid, malaria,
dan difteri juga banyak menelan korban. Masalah kesehatan yang juga terjadi. Jutaan
anak mengalami kondisi yang ditandai dengan
diare takmenular atau kelainan bentuk tulang. Walau gejala pellagra dan
rakitis sudah dikenal dan dijelaskan,
penyebab penyakit itu masih menjadi misteri yang belum dipecahkan sampai
pergantian abad. Penemuan bahwa kondisi itu disebabkan oleh defesiensi vitamin
berjalan lambat karena sebagian ilmuwan
mencari penyebab bakterialnya.
Defisiensi vitamin dan salah satu kondisi pemicunya, kesehatan gigi yang
buruk, merupakan hal yang sangat umum dijumpa di daerah kumuh kota-kota Amerika
dan Eropa. Tidak tersedianya layanan
prenatal dan pascanatal yang memadai menyebabkan tingginya angka kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan
kelahiran.
Deklarasi Alma Ata atau dikenal dengan
periode kesehatan masyarakat Abad 20di mulai pada tanggal 6-12 September 1978 di Alma Ata (dulu USSR) diadakan konferensi
“joint” konferensi antara WHO dan UNICEF yang dihadiri oleh 140 negara. Konferensi itu mengahasilkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam
deklarasi Alma Ata tentang “Primary Health Care” dalam pencapaian “Health for
all by the year 2000.” Semua negara, termasuk Indonesia menyepakati dalam
rangka mencapai kesehatan untuk semua (kesuma tahun 2000) harus melaksanakan
pelayanan kesehatan pimer (primary helth care). Primary Health
Care (Tonggak Sejarah Kesmas Abad 20), elemen: Pemeliharaan
kesehatan,
Pencegahan penyakit, Diagnosis dan pengobatan, Rehabilitasi (pemulihan), Pelayanan tindak lanjut, Pemberian sertifikasi.
Perkembangan Kesehatan
Masyarakat di Indonesia
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia sangat terkait dengan masalah kesehatan yang dialami oleh negara-negara lainnya di dunia pada saat itu, berdasarkan catatans ejarah yang dikutif dari berbagai sumber , maka perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada jaman pemerintahan Hindia Belanda hingga dekade tahun 90-an, dijelaskan sebgai berikut :
Abad Ke-16 : Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan
upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 : Pemerintahan Jendral Daendels, telah
dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan
dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak
berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1888 : Berdiri pusat
laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun
berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini
menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan
sanitasi.
Tahun 1925 ; Hydrich, seorang petugas kesehatan
pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda
(pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya
angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927 : STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah
menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan
tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat
Indonesia.
Tahun 1930 : Pendaftaran dukun
bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Tahun 1935 : Dilakukan program
pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan
vaksinasi massal.
Tahun 1951 : Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
Tahun
1952 : Pelatihan intensif dukun
bayi dilaksanakan
Tahun 1956 : Dr.Y.Sulianti
mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan
antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1967 : Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan
C.
Tahun 1968 :Rapat Kerja Kesehatan
Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi
Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan
atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 : Sistem Puskesmas
disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola
paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai
program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di
tiap Propinsi.
Tahun 1979 : Tidak dibedakan
antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai
seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan
standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang
lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984 : Dikembangkan program
paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan
Diare, Immunisasi).
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
0 Komentar